oleh : (Ir. Doan Syahreza Auditya, bekerja pada Laboratorium Surya, Departemen Mesin, ITB)
Harga bahan bakar minyak (BBM) yang kian melonjak mendorong pengguna jalan raya makin pilih-pilih soal jenis kendaraan pribadinya. Mobil-mobil ber-cc kecil yang irit BBM makin digemari. Tak sedikit pula yang akhirnya mengadopsi tunggangan kendaraan dua roda (KDR) seperti sepeda motor atau skuter. Alasannya, tak hanya irit tapi juga murah biaya perawatannya, beragam modelnya, dan nyaris antimacet.
Anda yang memilih KDR tentu harus siap berbasah-basah jika hujan, dan berpanas ria jika hari terang. Kelemahan lain, tidak bisa membawa banyak barang maupun penumpang. Juga, seperti kata Michael Doohan, mantan jawara dunia balap motor GP 500, naik motor lebih besar risikonya ketimbang mobil.
Untuk itu risiko yang ada sebaiknya justru dipelajari dan diketahui cara mencegahnya. Cara belajar terbaik tentu dengan terus mencoba menemukan teknik yang sesuai dan meningkatkan “jam terbang” di atas sadel KDR. Namun, pengalaman saja belum cukup. Perlu diikuti penguasaan sebanyak mungkin informasi tentang rambu-rambu lalu lintas, pemahaman kondisi psikologis pengguna jalan, dan tentunya KDR Anda sendiri.
<> Memahami tiga gaya
Konfigurasi dua roda pada setiap KDR amat menentukan kenyamanan berkendara. Kedua ban KDR akan bergesekan dengan permukaan jalan, menimbulkan apa yang populer disebut daya cengkeram. Daya ini dipengaruhi tiga gaya yaitu gaya gerak (driving force), gaya rem (braking force), dan gaya belok (side force).
Gaya gerak dihasilkan oleh mesin dan diteruskan ke roda belakang melalui rantai (beberapa KDR tidak pakai rantai tapi propeller shaft layaknya mobil, namun ini tidak populer). Gaya inilah yang mendorong KDR bergerak ke depan. Untuk memperlambat atau menghentikan laju gerakan KDR dimunculkanlah gaya rem melalui pengereman (deselerasi). Sementara gaya belok muncul saat KDR berbelok, dan hanya karena gaya inilah kendaraan bisa berubah arah. Gaya ini juga penting dalam menjaga keseimbangan dan pengendalian KDR.
Filed under: Aman Berkendara, Milis | 4 Comments »